Sabtu, 06 Februari 2016

Entah...

Entah, kurasa aku memiliki gangguan ingatan.
Ku harap itu hanya perasaanku saja.
Aku tak ingin melupakan satu detik momenpun yg pernah kita lalui.

Ingatan yang tidak begitu menyenangkan,
Tapi bersikeras diingat dengan baik.

Jika saja tersimpan ledak yang mungkin mencairkan beku kita, dan kau menghujaniku.

Aku harus tahu diri,
Kamu bukan milikku saja.
Aku adalah orang baru yang baru saja mengalihkan pikiranku dalam kehidupanmu.
Sudah seharusnya aku memahamimu bersama orang-orang yang hadir dalam hidupmu lebih dulu.

Mestikah aku membahasakan isyarat yang seharusnya tidak perlu kubahasakan?
Kita dibumi yang sama, dan dilangit yang sama,
tapi berpaling muka

Sampai kapan ku harus mengecap rindu dari kejauhan?

Kau tahu hal yang paling menyenangkan perihal penantian menuju pagi di malam-malam dingin?
 Itu artinya aku bebas memikirkanmu tanpa rasa cemas akan beradu peran denganmu.
Mungkin untuk waktu sepagi ini kau masih terlelap diiringi tarian kunang-kunang ke angkasa sepi.
Kau masih bernama rindu.
Tak apa, setidaknya ada yang bisa kusimpan dalam jarak dan rasa sejauh ini.

Rindu, aku benci setiap detiknya selalu menyebut namamu.

Jarak menegaskan bahwa untuk bertahan, aku harus saling mengecap rindu diam-diam dalam detik 24 jam per harinya.

Jarak kita tidak pernah lebih jauh dari beberapa jengkal.
Aku, jempolku, hpku, hpmu, jempolmu, kau.
Kita teramat sangat dekat.

Kau tahu? Larut kini tak lagi menjadi pengingat bagiku untuk beranjak tidur.

Semacam tidak mau dikecewakan untuk kesekian kalinya, tapi hati masih saja berharap lebih.
Haha, Bodoh!

Luka-luka yang memahat, menusuk tapi tidak ada yang tahu bahwa aku kecewa dalam cerita.

Ada hati yang berharap kau rengkuh.
Ada hati yang ingin kita runtuh.

Aku takut bicaraku menjauhkanmu,
Biarlah rindu-rindu menjengkelkan ini kutitip saja pada penantian di hening pagi ini.
Tanpa harus kau tahu.

9 januari 2016
Mutia..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar